TRIBUN-MEDAN.com, POLEWALI MANDAR - Kanne Baha (95) dan Kanne Kindo (90), dua nenek lansia yang hidup sebatang kara di hutan selama bertahun-tahun ini berharap namanya tercantum sebagai penerima bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM). Meski nilainya hanya Rp 150.000 per bulan, namun uang itu sangat berarti bagi mereka.
Kanne Kindo tinggal di sebuah gubuk berukuran 1,5x2 meter di tengah hutan yang jauh dari permukiman penduduk Desa/Kecamatan Luyo, Polewali Mandar. Selama belasan tahun dia tak bisa meninggalkan tempat tidurnya karena lumpuh. Jangankan bekerja menggarap kebun, menyiapkan keperluan seperti membeli beras atau mi instan saja tak bisa dilakukan sendirian.
Bahkan kebutuhan untuk makan untuk Kanne sebagian besar diberi warga. Terkadang Kane harus berpuasa berhari-hari atau tidak minum sama sekali jika bantuan makanan dan air minum pemberian warga habis, dan tak ada warga yang bisa diminta pertolongan.
Nasib yang tidak jauh berbeda juga dialami nenek Kanne Baha. Lansia ini tinggal di hutan di Dusun Mampie, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar ini terpaksa masih harus bekerja menggarap kebun ubi dan singkong untuk bisa menyambung hidup.
Seperti Kanne Kindo, Kanne Baha juga hidup sebatangkara selama belasan tahun, karena tak punya sanak keluarga. Dia hanya berharap dari belas kasihan warga dan para dermawan yang bersimpati kepadanya. Jika persedian beras atau makanan pemberian orang lain sudah habis, Kanne Baha kerap hanya makan ubi dan singkong di kebun miliknya.
Anda sedang membaca artikel tentang
Dua Nenek Terkucil di Hutan Ini Berharap BLSM
Dengan url
http://medanngepos.blogspot.com/2013/06/dua-nenek-terkucil-di-hutan-ini.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Dua Nenek Terkucil di Hutan Ini Berharap BLSM
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Dua Nenek Terkucil di Hutan Ini Berharap BLSM
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar