Remehkan iPhone Pangkal Kejatuhan BlackBerry

Written By Unknown on Rabu, 14 Agustus 2013 | 11.54

TRIBUN-MEDAN.com– Harga saham BlackBerry mencapai puncak tertinggi pada Agustus 2007, di posisi US$236. Tujuh bulan sebelumnya, di bulan Januari, Apple memperkenalkan iPhone generasi pertama di Moscone Center, San Fransisco.

Ketika itu, para komisaris BlackBerry, yang masih bernama Research in Motion, memutuskan untuk membiarkan Apple untuk fokus ke pasar pemakai smartphone, sementara mereka terus menjual BlackBerry ke konsumen bisnis dan pemerintah yang membeli perangkat untuk pekerjanya.

CEO RIM ketika itu, Jim Balsillie dengan sangat percaya diri mengatakan, peluncuran iPhone terhadap Industri tak akan menghasilkan perubahan besar.

Enam tahun kemudian, saham BlackBerry hanya bernilai US$10, sehingga akhirnya mereka mengumumkan opsi untuk menjual perusahaan. Pembeli BlackBerry akan mendapatkan setumpuk paten, dan teknologi keamanan BlackBerry yang masih termasuk terbaik hingga saat ini.

Mengapa BlackBerry --didirikan Mike Lazaridis dan Douglas Fregin pada 1984, dan selama bertahun-tahun menjadi perusahaan paling inovatif-- bisa jatuh seperti sekarang?

Banyak ahli sependapat, BlackBerry jatuh karena gagal mengantisipasi iPhone bisa merugikan mereka. Kemudian mengabaikan ancaman dari kompetitor yang menjual perangkat murah di Asia. Dan, yang terbaru, BlackBerry gagal bersaing di pasar smartphone kelas high-end, dengan meluncurkan BlackBerry 10.

BlackBerry, tentu saja, bukan satu-satunya perusahaan yang membuat kesalahan dengan mengabaikan iPhone dan revolusi yang dibuatnya: para insinyur di Nokia, yang, bertahun-tahun sebelumnya, sudah membuat smartphone tipis, menyingkirkan iPhone, salah satunya karena, ia gagal melalui tes di mana ponsel tersebut dijatuhkan dari jarak 1,5 meter ke beton secara berulang-ulang, kata Wall Street Journal tahun lalu.

CEO Microsoft Steve Ballmer bahkan mentertawakan iPhone. "Ini tak menarik untuk konsumen bisnis karena ia tak mempunyai keyboard," katanya. Nokia dan Microsoft, yang sekarang bermitra dalam membuat smartphone, seperti BlackBerry juga, akhirnya mendapati diri mereka terpuruk dalam pangsa pasar.

Pada awal tahun 2009, harga saham BlackBerry telah anjlok ke angka kurang dari US$50, dari posisi tertingginya US$236 pada Agustus 2007. "Konsumerisasi" bisnis teknologi sudah berlangsung, dan perusahaan tersebut gagal mengantisipasinya: ketika pengguna BlackBerry kembali ke rumah dan melepaskan dasi kerjanya, mereka mengambil iPhone, yang jauh lebih menyenangkan untuk digunakan.

Tak lama sesudah itu, mereka ingin menggunakan iPhone di tempat kerja. Secara perlahan, perusahaan-perusahaan menyadari karyawan mereka akan lebih gembira dan lebih produktif dengan membeli perangkat pilihan mereka, dan perusahaan sendiri, terhindar dari biaya menyediakan ponsel untuk karyawan mereka, alias menghemat uang.
 
Ketika BlackBerry menyadari mereka perlu menjangkau konsumen secara langsung, semuanya sudah terlambat. Pada November, 2008, BlackBerry meluncurkan ponsel layar sentuh, BlackBerry Storm, yang dianggap biasa-biasa saja. BlackBerry lalu mengalihkan fokus mereka ke Asia dan Amerika Latin, di mana pasar smartphone sedang meledak. Selama beberapa bulan, strategi ini tampaknya berhasil.

Di Indonesia, di mana BlackBerry membuat strategi khusus, BlackBerry menguasai 47 persen pangsa pasar pada paruh pertama tahun 2011, naik dari hanya sembilan persen pada paruh pertama 2009, menurut perusahaan riset Canalys. Namun, kejayaan ini tak berlangsung lama karena BlackBerry dikepung oleh perusahaan-perusahaan Asia dengan produk-produk murah mereka.

BlackBerry mencoba bertahan, termasuk dengan membeli QNX Software Systems, yang sistem operasinya banyak dipakai perangkat medis dan komputerisasi mobil. Tetapi, langkah ini juga tak membuahkan hasil karena nyatanya, pada tahun 2011, tablet PlayBook yang menggunakan QNX, gagal meraih konsumen secara signifikan.

BlackBerry kemudian menunjuk CEO baru, Thorsten Heins pada awal tahun 2012. BlackBerry Q10 dan Z10 yang sangat diharapkan Heins sebagai penyelamat sekali lagi, gagal memenuhi harapan. Pada kuartal kedua 2013, BlackBerry hanya mengirimkan 6,8 juta smartphone, sekitar seperlima dari jumlah yang dijual Apple pada periode yang sama.


Anda sedang membaca artikel tentang

Remehkan iPhone Pangkal Kejatuhan BlackBerry

Dengan url

http://medanngepos.blogspot.com/2013/08/remehkan-iphone-pangkal-kejatuhan.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Remehkan iPhone Pangkal Kejatuhan BlackBerry

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Remehkan iPhone Pangkal Kejatuhan BlackBerry

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger