Sebelum Meninggal, Renggo Sempat Muntah Darah

Written By Unknown on Senin, 05 Mei 2014 | 11.53

Laporan Wartawan Warta Kota, Fitriandi Al Fajri

TRIBUN-MEDAN.com, JAKARTA -- Seorang bocah kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) 09 Pagi Makasar, Jakarta Timur, Renggo Kadapi (11), tewas diduga dianiaya oleh kakak kelasnya. Renggo meregang nyawa di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (4/5/2014) dini hari.

Jenazah korban dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kampung Asem, Makasar, Jakarta Timur.

Aksi penganiayaan ini dipicu oleh masalah sepele. Korban yang bertubuh tambun ini tidak sengaja menyenggol tubuh SY (13) kakak kelasnya, hingga membuat jajanan yang dipegang seniornya terjatuh. SY yang tersulut emosi memukul perut, wajah dan bokong korban.

Yesy Puspadewi (31) kakak tiri korban, menuturkan peristiwa yang menimpa adiknya itu terjadi di dalam kelas saat jam istirahat pada hari Senin (28/4) lalu. Awalnya, SY bersama dua rekannya membuntuti korban hingga masuk ke dalam kelas. Di dalam kelas, SY memanggil korban dari belakang. Saat Renggo menengok ke belakang, SY langsung memukul perut, wajah dan bokong korban hingga akhirnya tersungkur. Sementara kedua rekan SY berjaga di luar kelas untuk mengawasi situasi. Setelah menganiaya SY bersama rekannya meninggalkan korban di dalam kelas seorang diri.

Yesy mengatakan, tidak ada hal yang mencurigakan ketika korban tiba di rumah di Gang Raban RT 05/05, Kelurahan Halim Perdanakusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Namun keesokan harinya, Selasa (29/4) korban tidak masuk sekolah dengan alasan sakit demam dan muntah.

Kala itu juga korban dibawa ke dokter umum dekat rumahnya. Setelah diperiksa dan diberikan obat, penyakit yang diderita korban tidak kunjung sembuh. Keesokan harinya pada Rabu (30/4), keluarga kembali membawa Renggo ke dokter.

Namun betapa kagetnya dokter dan keluarga korban, saat menemukan luka lebam di bagian tubuh Renggo. Padahal saat hari pertama diperiksa, belum ada luka lebam di tubuh Renggo. "Saya sampai terkejut ada luka biru di perut Renggo. Saat itu dokter menduga, adik saya mengalami penganiayaan benda tumpul," kata Yesy saat ditemui di rumahnya pada Minggu (4/5).

Diselimuti rasa penasaran, Yesy pun menanyakan luka yang dialami Renggo. Namun korban sempat berkilah luka lebam yang dialaminya itu akibat berkelahi dengan temannya. "Tapi setelah dipaksakan, akhirnya dia (Renggo) mengaku bahwa luka itu akibat dipukul oleh temannya," kata Yesy.

Menurut Yesy, pihaknya semakin intens mengobati Renggo begitu mengetahui korban dianiaya oleh SY. Namun sayang saat hari Sabtu (3/5) pukul 23.00, korban mengalami kejang-kejang dan sampai memuntahkan darah dari mulutnya. Yesy pun histeris dan langsung melarikan Renggo ke Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Tepat pukul 23.45, korban langsung menjalani perawatan di rumah sakit tersebut. Akan tetapi nyawanya tidak tertolong lagi dan Renggo dinyatakan meninggal pada Minggu (4/5) pukul 01.00. "Saya sampai shock, tidak menyangka Renggo meninggal seperti ini," ucap Yesy.

Hal berbeda diungkapkan oleh SY, pelaku penganiayaan Renggo. Saat di rumah duka, SY mengungkapkan yang dijatuhkan oleh Renggo adalah air es yang dibelinya di kantin seharga Rp 1.000. Menurut SY, korban juga tidak pernah meminta maaf dan hanya mengganti separuh harga air es itu. "Dia nggak minta maaf sama saya dan hanya ngembaliin uang Rp 500 aja," ujar SY.

SY juga mengakui, dirinya sempat berkelahi dengan korban di dalam kelas. Namun kata SY, yang memulai pertengkaran itu adalah Renggo. "Dia (Renggo) pertama mukul pipi saya, lalu saya balas memukul pipinya. Habis itu saya tendang pantat lalu saya pergi," ujar SY yang mengaku hanya melakukan aksinya seorang diri.

Damai

Aksi penganiayaan hingga berujung tewasnya Renggo, memberikan luka yang mendalam bagi keluarga. Meski demikian, kedua belah pihak peluarga sudah membicarakan hal tersebut dua hari sebelum Renggo dinyatakan meninggal.

Yesy Puspadewi (31) kakak tiri korban, mengatakan saat dirinya mengetahui Renggo dianiaya, ia sempat melaporkan kejadian ini ke pihak sekolah. Tepat pada hari Jumat (2/5), Yesy bertemu dengan orangtua SY di sekolah. Kala itu keduanya bersepakat untuk berdamai dan tidak melanjutkan hal ini ke ranah hukum.

"Awalnya saya pikir ini masalah anak-anak dan bisa dibicarakan secara kekeluargaan. Kebetulan saat itu, luka yang dialami Renggo belum terlalu parah," kata Yesy.

Sehari setelah berdamai dengan pihak keluarga SY, tiba-tiba kondisi kesehatan Renggo memburuk dan langsung meninggal saat menjalani perawatan di RS Polri Kramat Jati.

Meninggalnya Renggo membuat pihak keluarga menjadi geram. Yesy pun berencana akan membawa kasus ini ke ranah hukum. "Kemarin memang mau damai, tapi sekarang saya mau laporkan kejadian ini ke pihak berwajib," tegas Yesy.

Sementara itu Sri Hartini selaku Kepala Sekolah SDN 09 Makasar mengakui adanya tindakan penganiayaan di kalangan siswanya. Namun ia menjelaskan yang menganiaya itu hanya SY seorang diri. Hartini mengatakan, masalah ini sebetulnya sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Kedua belah pihak keluarga sudah bertemu dan membahas masalah ini di sekolah. "Masalahnya sudah selesai kok secara kekeluargaan," ujar Hartini.

Saat ditanya mengenai pengawasan pihak sekolah, Hartini enggan menjawabnya secara detail. Namun ia mengklaim, pihaknya sudah melakukan pengawasan kepada seluruh muridnya sebanyak 425 siswa.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Istarningtyas mengatakan pihaknya tengah menelusuri kasus penganiayaan itu. Ia pun belum bisa menjelaskan, apakah penganiayaan ini akibat lalainya pengawasan pihak sekolah kepada muridnya atau tidak. "Kita akan menggali informasi sore ini, jadi belum diketahui apakah ada kelalaian dari pihak sekolah atau tidak," ujarnya.

Meski demikian, pihaknya mengklaim telah mengedarkan surat ke tiap sekolah agar pihak sekolah mengawasi muridnya selama di sekolah termasuk pengawasan saat muridnya beristirahat. "Bulan lalu kami sudah berikan surat edaran ke pihak sekolah mengenai pengamanan terhadap lingkungan sekolah. Melalui surat itu, Kepsek dan guru diimbau mengawasi muridnya baik selama kegiatan belajar maupun jam istirahat," jelasnya.

Ketika dikonfirmasi, Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Mulyadi Kaharni membenarkan adanya penganiayaan yang dialami oleh Renggo. Namun sampai kasus ini ramai di media, pihak keluarga belum melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib. Oleh karena itu, pihaknya menyambangi rumah korban untuk mengumpulkan keterangan.

"Kami tahu dari media mengenai kasus ini, karena pihak keluarga tidak melaporkan ke kami. Walau begitu, petugas kami sudah ada di lapangan untuk menggali keterangan," jelas Mulyadi. Untuk penyelidikan lebih lanjut, kata Mulyadi, tidak menutup kemungkinan pihaknya akan mengotopsi jenazah korban. "Kalau memang untuk penyelidikan akan dilakukan otopsi terhadap jenazah korban," kata Mulyadi. (faf)


Anda sedang membaca artikel tentang

Sebelum Meninggal, Renggo Sempat Muntah Darah

Dengan url

http://medanngepos.blogspot.com/2014/05/sebelum-meninggal-renggo-sempat-muntah.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Sebelum Meninggal, Renggo Sempat Muntah Darah

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Sebelum Meninggal, Renggo Sempat Muntah Darah

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger