Tribun Medan - Selasa, 9 Oktober 2012 10:33 WIB
Soci Mas Daur Ulang Limbah Demi Lingkungan
Laporan Wartawan Tribun Medan / Maulina Siregar
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Semakin besar perusahaan, semakin besar tanggungjawabnya pada masyarakat dan lingkungan. Itu pulalah yang dirasakan oleh PT Soci Mas yang berlokasi di Kawasan Industri Medan, Percut Sei Tuan, Deli Serdang.
Merupakan salah perusahaan emiten terpadu terbesar yang berbasisproduksi kelapa sawitdi Indonesia. Anak perusahaan PT SMART Tbksecara konsisten menghasilkan asam lemak dan gliserin (oleochemicals). Produksi dalam jumlah besar, membutuhkan pula bahan baku dalam jumlah besar. Rantai proses selanjutnya, dalam setiap proses produksi, selalu ada buangan.
PT Soci Mas juga berusaha berkomitmen mengurangi dampak limbah buangan yang dihasilkan terhadap lingkungan. Tidak sekadar memenuhi standar kualitas produk, yang telah dibuktikan dengan sertifikasi ISO 9001:2000 dan meraih pengakuan Halal dan Kosher, Soci Mas juga melakukan pendekatan terpadu untuk mendukung budidaya etis minyak sawit berkelanjutanmelalui wujud konservasi, untuk masyarakat dan lingkungan sekitar.
Misalnya, dengan membangun fasilitas pengolahan air limbah canggih. Namun, bentuk tanggungjawab serta komitmen dan konsistensi sebenarnya terhadap lingkungan adalah pengolahan limbah batubara sebagai bahan bakar.
M. Davidly Muslim, Group Leader WWTP PT Socimas mengatakan memegang teguh dan menaati peraturan pemerintah yang menegaskan bahwa limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) memang harus diolah sedemikian rupa. Latar belakang itu pulalah yang mendorong Soci Mas untuk berinisiatif melakukan daur ulang terhadap limbah batu bara. Davidly menceritakan awalnya PT Soci Mas tidak menggunakan bahan bakar untuk cooler boiler. Namun, harga minyak yang terus melonjak, maka berpengaruh besar terhadap proses dan harga produksi.
"Menunggu distribusi gas, hingga kini juga tidak maksimal. Kami ingat, mantan wapres Jusuf Kalla pernah menyarankan menggunakan batu bara sebagai bakar agar lebih hemat. Tahun 2008 lah kami resmi gunakan batu bara sebagai bahan bakar," ujar Davidly, Sabtu (6/10). Di sisi lain, output limbah batu bara berupa fly ash (pertikel debu yang lebih halus) dan bottom ash (partikel debu yang lebih padat) dirasa cukup mengganggu dan perusahaan merasa berkewajiban bertanggungjawab mengolah limbah tersebut.
Sebagai catatan, partikulat debu hasil pembakaran batu bara, jika didiamkan begitu saja dan tidak diolah secara maksimal bisa mengakibatkan timbulnya penyakit silikosis dan antrakosis. Maka, pekerja pada perusahaan tambang batu bara atau yang menggunakan bahan baku bata bara diharuskan menggunakan alat pelindung diri untuk mencegah terhirupnya partikulat tersebut.
Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama- sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
"Nah, kita kan sudah tahu, ada efek samping dari pengolahan batu bara. Kami berusaha meminimalisisr efek itu dengan cara mendaur ulang limbah batu bara menjadi paving block,"katanya. Proses tersebut melibatkan beberapa pekerja (melibatkan kontraktor) khusus untuk fokus mendaur ulang . Untuk bahan bakar coller boiler, setiap harinya Soci Mas mebutuhkan 6 ton-8 ton batu bara. Sekitar 80 - 90 persen limbah batu bara kemudian terserap untuk diolah menjadi paving block. Buangan berupa fly ash dan bottom ash dicampur sedemikian rupa untuk diolah.
Prosesnya dimulai dari partikel fly ash dan bottom ash yang telah dikumpulkan disaring atau diayak. Kemudian dihancurkan dengan mesin crusher. Lalu dicampur dengan semen, fly ash, bottom ash dan air dengan perbandingan 2:3:4:2. Selanjutnya, langsung ke proses pencetakan dan finishing.
Dari gambaran tersebut, tak berlebihan rasanya jika disebutkan bahwa proses pdaur ulang limbah tersebut sebenarnya tidak terlalu sulit. Bahkan, hasilnya bisa dimanfaatkan secara ekonomi. "Kita sedang menjajaki kalau bisa limbah batu bara tadi tidak hanya jadi paving block, kalau bisa jadi pengganti batu bata. Dari sisi kualitas, paving block dari limbah batu bara ini lebih bagus.
Sudah dibuktikan secara ilmiah. Sementara untuk jadi pengganti batu bata, kami belum ada penelitian ilmiah,' ujar Davidly. Namun, ada sebuah produsen batu bata lokal, tepatnya di daerah Sei Buluh, telah mengadakan penelitian sederhana dengan mencampur bottom ash limbah batu bara dalam proses pembuatan batu bata dan hasilnya, kekuatan batu bata produksi mereka lebih kuat. "Kalau memang sudah teruji ilmiah, kami tidak ragu untuk melakukan kerja sama untuk membantu produksi batu bata tersebut sehingga kemudian hasil produksinya bisa dinikmati masyarakat luas sebagai bahan bangunan mereka," tutur David.
Dikarenakan program pengolahan limbah batu bara menjadi paving block ini murni adalah program corporate social responsibility (CSR), sehingga perusahaan tidak menjual secara umum paving block tersebut. Tetapi tetap dipergunakan sebagai bahan baku bangunan untuk program CSR lain, seperti bedah rumah dan diberikan gratis kepada warga sekitar yang sedang melakukan proses pembangunan, seperti rumah warga, gereja, mushola dan lainnya.. "Kalau hitung-hitungan jualannya, harga paving block per buahnya, dengan kualitas di bawah produk kami dijual rata-rata seharga Rp 800. Sementara yang hasil olahan itu seharga Rp 1100. Itulah yang memotivasi kami ke depannya supaya masyarakat umum bisa mendapatkannya. Kami ingin jalannya ya melalui inovasi batu bata itu," kata Davidly.(mom/tribun-medan.com)
Anda sedang membaca artikel tentang
Soci Mas Ubah Buangan Jadi Bahan Bangunan
Dengan url
http://medanngepos.blogspot.com/2012/10/soci-mas-ubah-buangan-jadi-bahan.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Soci Mas Ubah Buangan Jadi Bahan Bangunan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Soci Mas Ubah Buangan Jadi Bahan Bangunan
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar