Laporan Wartawan Tribun Medan/ Adol Frian RumaijukTRIBUN-MEDAN.com, PEMATANGSIANTAR –
Banyaknya kekayaan sumber daya alam menjadi potensi besar dengan pendekatan kearifan lokal. Berbagai jenis pencegahan dan penanganan penyakit yang biasa dialami manusia bisa diobati secara herbal.
Termasuk kebudayaan dan kebiasaan warga Simalungun dengan berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh subur di daerah tanah "Habonaron Do Bona" ini, bisa dimanfaatkan sebagai ramuan untuk menyembuhkan berbagai bahkan seluruh jenis penyakit. Dengan ramuan dan resep yang sesuai tentunya.
Seperti terkemuka dalam Workshop Penguatan Sumber Daya Lokal yang memuat topic mengenai "Pengobatan Alternatif" di Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) jl Pdt J Wismar Siantar, Kamis (25/10/2012). Acara yang diselenggarakan oleh Pelayanan Pembangunan (Pelpem) GKPS Simalungun.
Kegiatan yang bertujuan menrangkum berbagai jenis pengobatan alternative dengan menggunakan ramuan herbal yang ada di alam Simalungun. "Tidak ada penyakit yang tidak bisa diobati secara alami ternyata. Buktinya berbagai jenis penyakit yang kerap terjadi ditengah masyarakat bisa diobati dengan cara-cara alami," ujarn Ketua Penanggungjawab Kegiatan Herman Sipayung ditemuai disela-sela kegiatan tersebut.
Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 30 peserta dari berbagai penjuru di wilayah daerah Kabupaten Simalungun ini, berlangsung sejak 24-25 Oktober 2012. Yang mengikuti diantaranya dari berbagai kader kesehatan, hamba Tuhan, dan tokoh masyarakat serta pelaku dan pengguna ramuan tradisional tersebut.
Dalam kegiatan tersebut, dikatakan Herman, pihaknya berhasil menghimpun setidaknya 130-an jenis obat untuk mengobati jenis pernyakit masing-masing. Mulai dari penyakit kulit, penyakit gatal, kudis dan bahkan penyakit dalam. "Ada yang hanya diolesi, ada yang bisa dimakan, diminum. Bahkan sebahagian digunakan dengan cara dimandikan," ujarnya.
Ditegaskan Herman, ramuan alami seperti yang diragkum tersebut tidak mengandung mantra atau istilah yang lebih dikenal masyarakat sebagai unsur mistis. Melainkan murni dengan kekuatan takaran ramuan dan makna persahabatan dan kesempurnaan alam semesta.
Pendalaman ramuan tersebut dilakukan dengan menghadirkan dua narasumber, Evangelis (penginjil) J Sipayung, seorang pelaku dan peracik ramuan alternative Simalungun. Dan Kasiman Purba dari Gaja Pokki yang juga pelaku pengobatan tradisonal.
Dalam UU no 36/2009 tentang kesehatan pasal 48 ayat (1) pemerintah juga mendukung pengobatan tradisional. Bahkan, seharusnya di puskesmas ada apotik tradisional. Untuk itu, katanya, upaya penggalian resep tradisional ini diupayakan mampu mendorong tingkat kehidupan warga. Dimana biaya pengobatan modern semakin mahal. "Kita harapkan, dengan ini, bisa memberikan pertolongan kepada keluarga masing-masing," ujarnya. Dan dinilai akan mampu menekan biaya prawatan kesehatan warga.
Seorang peserta workshop, Penginjil Limerdame Purba Tambun Saribu, yang melayani di Batu Enam Pematangsiantar, pernah menderita penyakit yang menjijikkan. Dimana pangkal telinganya tumbuh jamur dan membengkak. "Dokter mendiaknosa adanya jamur, namun beberapa lama tak sembuh. Saya mencoba mengambil Oppu-oppu (sejenis tumbuhan), lalu meramunya sedemikian rupa. Beberapa kali saya lakukan dengan meneteskan airnya, dan saya oles dari luar, tak lama saya sembuh," ujarnya sembari mengatakan tidak ada mantra apa pun di dalamnya.
Akan Dibukukan Dan Dipasarkan
Keberhasilan merangkum 130-an ramuan obat tradisional dengan pendekatan kearifan lokal Simalungun, kemudian resep tersebut akan didistribusikan kepada warga yang membutuhkan. Setelah dicetak dalam bentuk buku yang layak dipublikasikan dan dipasarkan.
"Siapapun bisa membuat ramuan ini, tidak ada mantera," ujar Direktur Pelayanan Pembangunan (Pelpem) GKPS, Juniamer Purba. Dengan harapan, kepada peserta menjadi modal dasar mengantisipasi penyakit. Tidak tergantung kepada medis modern. Ada pengurangan biaya kehidupan, mudah didapat, mujarab.
Disampaikannya juga, bahwa kegiatan tersebut akan dilakukan dalam beberapa waktu kemudian agar target mencapai 500 jenis ramuan bisa tercapai. Sehingga seluruh warga bisa merasakan kontribusi dari kearifan lokal.
Kemudian, disampaikan berdasarkan usulan mayoritas peserta agar dibuat sebuah kebun ramuan. Dimana, ramuan-ramuan yang dibutuhkan dari tanaman ada ditanam di suatu kebun, yang disebut namanya Juma Tambar.(afr/tribun-medan.com)